Tuesday, December 31, 2013

Just You and Me

Kau dan Aku


Tersipu, aku menatapmu
Jauh aku terjatuh dalam hayalan semu
Tak mampu. . . . .
 Aku mengungkap sandiwara pilu
Terseret aku dalam sebuah arus angan-angan
Kau hadir, mengusir embun pagi
Kau hadir, hingga senja mengusirmu untukku
Dan aku ada. . . . . Karnamu
Ketika engkau telah hilang dan tak terlihat
Disitu. . . aku ada. .  menggantikanmu
Menyapa bintang bersama angin malam
Seberkas cahayamu, member warna pada diriku
Lama rasa yang terpendam untukmu. . .
Tak akan pernah padam, hanya karna hujan
Meskipun dunia membatasi kita
Namun, , , ,
perasaan dalam hati ini, kurasa dekat
indah, seindah embun pagi
mustahil, , ,
jika aku dapat bersanding denganmu
karna kamu matahari dan. . .  dan. . .

aku bulan. . .

Monday, December 30, 2013

Galau Mode On

DILEMA


Perlahan tapi pasti bersama ukiran sajak dalam hati,
 aku mengagumimu.
Entah kapan rasa ini pergi. . . . .
Aku tak berharap engkau kumiliki. . . .
Ku hanya yakin, Bahwa yang terbaiklah,
Yang akan membawaku terpejam dalam surga keindahan
Aku tak mampu,
Menahan rindu terpendam ini sendirian.
Ku hanya terdiam dalam sebuah drama kehidupan
Aliran darahku terpacu pada cinta yang bisu
Gejolak yang ku rasa, tak berarti . . .
Tanpamu. . . . .
Aku bagai sebuah bintang yang kehilangan cahaya
Ketika bulan menyapaku,
Ku hanya tertunduk dengan seribu angan-angan
Aku tak tau kapan dimensi gila ini berakhir
Mungkin hanya, ruang dan waktu

Yang akan membawakan jawaban itu untukku

Sunday, December 29, 2013

GURATAN JINGGA



Malam telah menjelma menjadi pagi yang memaksa sang surya keluar dari sangkarnya. Pagi yang perlahan terusir oleh terik mentari mengawali kehidupan semua insan hari ini. Semua orang mulai beraktifitas diiringi naiknya sang surya.
Selaras dengan Isabel yang kini mulai beranjak dewasa seiring dengan bergantinya hari. Nampaknya waktu dan pengalaman yang dilalui telah mengajarinya arti kehidupan. Kesabaran untuk menghadapi masalah telah melekat pada dirinya. Ya ....... itulah Isabel. Kepribadian lemah lembut itu, telah membuatnya mendapatkan seseorang yang selama 3 tahun terakhir ini menemani dan menerima seluruh ungkapan hatinya.
Roda kehidupan terus berputar mengiringi waktu yang tak pernah berhenti, keduanya berjalan searah seakan mengungkap sebuah kisah. Dibalik sifat kalemnya yang amat disegani, Isabel menyimpan sejuta goresan dalam alur kehidupannya. Isabel bukanlah tipe orang yang mudah untuk mengemukakan isi hatiya, ia hanya akan bercerita kepada orang-orang yang dipercayainya. Hari-harinya dilalui dengan senyum indah yang menghiasi wajahnya. Tak pernah sedikitpun nampak goresan sendu di wajahnya. Ritme langkahnya yang selalu tegak mengelabuhi setiap mata yang melihat, semua orang pasti berfikir bahwa Isabel tak pernah punya masalah. Ya......., begitulah orang, mereka bebas berargumen sesuka hati, lagi pula tak ada yang mengenakan tarif untuk berargumen.
J J J
Sinar mentari membelai dedaunan yang basah oleh embun dan membuka tirai waktu, mengajak semua makhluk untuk beranjak dari pelabuhan malamnya. Dipagi yang cerah ini Isabel tak juga bergegas untuk beraktifitas, padahal mentari sudah menampakkan senyum sinisnya bagi mereka yang bermalas-malasan. Ia terdiam di balik jendela kamarnya yang masih basah oleh embun. Menatap bunga warna-warni di halaman membuat angan-angannya melayang jauh bersama mentari yang makin meninggi. Entah apa yang ada di benaknya namun, yang jelas suasanya pagi ini membuatnya mengulang memori yang terdahulu. Sebuah kenangan masa lampau yang baginya tak akan terlupakan itu sejenak mengisi kekosongan otaknya dan menyita seluruh waktunya dipagi ini. Tanpa ia sadari sebuah senyum manis menghiasi wajahnya yang masih terhanyut oleh rayuan angan-angan. Terpukau oleh bayangan semu yang tak tau kapan akan berakhir. Detak jarum jam di kamarnya tak sedikitpun menggoyahkan lamunannya, Isabel justru makin larut dalam imajinasi. Ditemani kicauan merdu burung pipit dipagi itu, lamunannya menyeberang jauh diantara samudra masa lalu dan membuka sebuah kisah dimasa merah putihnya. Kisahnya berawal saat ia duduk di bangku kelas dua SD, ia adalah seorang murid baru. Pada masa itu ia mulai mengenal seseorang bernama Ryan yang kini sesalu mengisi hari-harinya alias pacar J.“Awiting tresno jalaran soko kulino” mungkin kata-kata itu sesuai untuk dua sejoli ini. Ya . . . . . . bagaimana tidak ??? dua insan yang dulunya sering bertengkar layaknya Tom dan Jerry, kini menjadi sepasang hati yang saling memberi. Mungkin itu adalah bagian takdir.
Mungkin unik jika menelusuri kisah Isabel dalam romansa asmara, embtt.... mungkin mirip sineteron J. Di bangku sekolah dasar dulu tak ada kata suka di hati Isabel untuk Ryan, bahkan yang ada di hatinya pada saat itu kesal, dan benci pada Ryan. Hingga dimasa SMP mereka tak pernah terlihat akur. Suatu ketika saat pendaftaran SMP dengan tidak sengaja Ryan berada di belakang Isabel yang waktu itu sedang melihat pengumuman. Setelah melihat pengumuman Isabel berjalan mundur tanpa melihat orang yang ada di belakangnya dan tiba-tiba terdengar suara
“ati-ati kalau jalan, udah bosen jalan maju ya mbak” teriak Ryan. Isabel kemudian menoleh dan meminta maaf namun, Ryan hanya acuh tanpa melihat Isabel. Sikab jutek Ryan saat itu hinnga kini masih mengundang senyum di benak Isabel. Segores kenangan masa lalu itu tiba-tiba sirna terusir oleh kerasnya suara ibu Isabel yang meneriaki Isabel untuk segera bersiap berangkat ke sekolah. Bayangan indah yang sejenak bernaung telah pergi ke tempatnya berasal. Meski telah tersadar dari lamunannya, guratan manis dari sebuah kenangan itu masih menyisakan senyum di pipinya. Dengan keadaan hati yang tergugah oleh kenangan ia bangkit dari lamunan dan bersiap untuk melanjutkan aktifitasnya.
Gadis yang kini telah menjalani masa SMA ini, berangkat lebih siang dari biasanya. Ia mulai mengayuh sepedanya menyusuri jalanan yang mulai bising oleh kendaraan bermotor. Sekitar 10 menit laju sepedanya berpadu dengan aktifitas di jalanan hingga sampai di sekolahnya yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Isabel bergegas masuk ke ruang kelas, dan siap menerima ilmu hari ini. Mata pelajaran pertama Isabel adalah matematika, dengan guru favoritnya yaitu Pak Muklis. Isabel adalah gadis yang terbilang pandai di kelasnya, dan sering mendapat pujian manis dari berbagai guru bidang studi. Mata pelajaran matematika telah berjalan 1 jam dari bel masuk, Isabel tak bisa konsentrasi dengan serius lagi. Pikirannya menjurus pada kisah masa lalu yang dikenangnya tadi pagi. Angan-angannya kembali berkelana liar, seakan sedang mencari sebuah titik kebahagiaan.
“Cinta itu seperti matematika yang rumit namun pasti”. Gumam Isabel mengagetkan Pak Muklis yang sedari tadi mengamati Isabel.
“Apa ini matematika kok disamakan dengan cinta, hayo melamun ya...” teriak Pak Muklis. Serentak semua mata yang ada di kelas itu melihat Isabel yang wajahnya mulai memerah. Dengan tersipu malu Isabel menjawab pertanyaan dari Pak Muklis dan berusaha membuyarkan tuduhan itu.
“Enggak pak . . . . .itu tadi Cuma iseng” bantah Isabel. Pak Muklis hanya tersenyum menanggapi muridnya yang satu ini.
Tak terasa jam pelajaran matematika telah berakhir, berganti dengan pelajaran kimia. Kebetulan guru mata pelajaran kimia sedang ada keperluan mendadak di luar kota sehingga Isabel dan teman sekelasnya mendapat bonus jam kosong hari ini. Namanya juga pelajar di mana-mana kalau jam kosong pasti senang, ada diantara mereka yang menuju kopsis untuk mengganjal perut, ada yang asyik dengan media sosialnya, atau ada yang sedang seru menggosip. Bertolak belakang dengan aktifitas teman-temannya Isabel justru terdiam di sudut kelas memandang detak jarum jam dengan tatapan kosong, seolah akan mengungkap rahasia besar di balik lentera waktu. Gambaran indah dalam angan-angannya kembali merasuki pikirannya. Lama ia terpasung oleh waktu yang menjebaknya untuk melanjutkan kenangan-kenangan waktu itu. Lamunannya kali ini mengundang perhatian Ani, teman baiknya. Ani merasa heran dengan sahabatnya, ia melihat senyum Isabel yang kian merekah di tengah samudra imajinasi.
 “hayyo nglamun apa kamu?? Hayo ngaku. . .” bisik Ani secara perlahan namun cukup membuyarkan lamunan Isabel. Isabel tak menjawab sepatah katapun, ia hanya melontarkan sebuah senyum untuk Ani. Nampak di pipi Isabel  sebuah senyum yang tak mampu membendung angan-angannya. Jelas hal itu semakin membuat Ani semakin penasaran. Hingga sekolahnya berakhir Isabel tak sedikitpun mengungkap lamunannya pada Ani, jika disinggung mengenai hal itu Isabel hanya tersenyum layaknya kuncup bunga yang enggan untuk mekar karena malu oleh seekor kumbang.
Seusai bel pulang berdering, Isabel bergegas untuk pulang. Ia mengayuh sepedanya lebih lambat dari biasanya, hingga sampai di rumah. Sesampainya di rumah Isabel segera menyegarkan diri dengan guyuran air wudhu, dan segera melaksanakan sholat ashar. Dengan khusyu' dan tenang ia menjalankan ibadahnya, suara bergeming yang mengitarinya sama sekali tak mampu mengusiknya. Selepas ia menjalankan sholat, ia seakan sadar dengan apa yang terjadi pada dirinya hari ini.
Ia mulai memikirkan hal apa yang merasuki pikirannya sejak tadi pagi. Lama ia terdiam dan tertunduk dalam keadaan suci di tempat sholatnya, ia mulai merenungi semua lamunannya, bayangan indah mulai berganti menjadi bayangan jingga. Guratan manis kenangan asmara itu perlahan sirna diterpa angin kegalauan yang melandanya disaat hari menjelang senja. Jalan pikirannya berubah jadi tak menentu, tak jelas arah dan tujuannya. Ia merasa seperti sedang berada di sebuah tempat yang kosong. Paradigmanya seperti terperangkap dalam rimba masa lalu.
“Ya. . . . Tuhan, L apa-apaan ini, aku mengenang masa laluku yang indah namun, aku hampir saja melupakan masa depanku”. Suaranya lirih tetapi cukup menyayat hati, menjatuhkan air mata yang lama terdiam di mata indahnya. Air matanya kian berderai senada dengan isi hatinya yang tercabik-cabik.
 “Apa arti sebuah cinta yang suci dari dua sejoli, jika tidak direstui” gumamnya. Semakin deras air matanya bercucuran. Pelangi yang sedari tadi pagi mengiasi matanya telah hilang bersama waktu. Hingga malam menjelang irama sendu yang menghantui pikirannya tak juga sirna.
Bulan telah menampakkan cahaya damainya di seluruh sudut kota. Daun-daun telah berkilauan memantulkan cahaya bulan yang indah. Bunga-bunga telah menutup kuncupnya seolah ada peri yang tertidur di dalamnya. Semerbak wangi bunga malam yang khas beriringan dengan keindahan bulan malam ini. Sungguh indah suasana malam namun, tak seindah perasaan Isabel. Meski malam mulai larut, Isabel tak juga beranjak tidur. Ia terus memikirkan sebuah restu dari cinta tulus yang sama sekali belum ditemuinya. Ia merasa berat melakoni alur hidupnya jika sesekali ia teringat akan hal itu.
“Sudahlah Isabel, kamu bisa,. . biar waktu yang mengungkap semua ini” terbesit sebuah semangat pada dirinya. Meski air mata masih singgah di pipi manisnya namun, ia berusaha tersenyum. Ia berusaha tegar menghadapi masalahnya. Waktu makin berlalu jam dinding di kamarnya telah menunjuk angka 12. Sedikit ia melirik waktu di sudut kamarnya, dan beranjak pergi menemui bulan yang sedari tadi tersenyum di taman.
“Mungkinkah. . .
Hidupku ini sepertimu. . .
Bulan . . .
Kau selalu tersenyum, meski. .
Kau tak kan mungkin bersanding dengan mentari ”
Kata indah itu terlontar lirih dari mulutnya. Seberkas semangat yang mulai tumbuh, telah berubah menjadi linangan air mata. Angin yang berhembus mesra malam ini, membelainya dengan lembut dan menutup matanya secara perlahan. Isabel bangkit dan menuju kamarnya. Ia berbaring di pulau kapuknya dan memejamkan mata. Isabel berusaha menghapus angan-angan yang baginya terlalu jauh melayang. Sunyi sepi malam ini mengantarkan tidurnya.
JJJ
Tak terasa pagi sudah mengintip malu di balik gunung, sang surya mulai merangkak naik. Isabel terbangun dari tidurnya, meninggalkan mimpi yang menghampirinya. Hari telah berganti Isabel dengan cekatan memulai aktifitasnya. Sengaja ia melakukan hal yang membuatnya cukup sibuk, agar ia bisa lupa dengan apa yang terjadi padanya kemarin. Meski bulan belum sepenuhnya pergi, Isabel telah siap dengan persiapannya menyambut hari ini. Jalan pikirannya kuat menggenggam sejuta harapan bahagia dimasa depan. Bunga di hatinya makin bersemi tersiran embun pagi yang sejuk. Dengan senyum ia mengawali harinya meski, masih telihat lebam di matanya bekas air mata tadi malam.
Tertunduk ia sendiri meratapi apa yang telah terjadi. Harapan yang digenggamnya menghiasi perasaannya yang dibalut senja. Perasaannya sungguh tak menentu terkadang ia bimbang dan terkadang ia bersemangat. Hatinya seperti teriris oleh pisau belati yang setajam pedang. Seperti seekor kumbang yang tersesat di lautan mawar berduri, itulah isabel dan angan-angannya.
Suara burung merdu mulai terdengar dari balik pohon. Kicauannya seakan memberikan sebuah irama surga bagi Isabel. Ia menarik nafas panjang dan menghelanya dengan mata terpejam.
“biarkanlah waktu yang akan menjawab harapanku” kata-kata itu tertanam dalam benaknya yang sudah penuh dengan lamunan. Senyum keabadian mulai merekah indah di sudut wajahnya. Warna bunga warna-warni menghapus sendu dalam benaknya. Hujan yang menjadi gejolak di hatinya telah sirna tergerus waktu. Bayangan semu telah menjadi bayangan nyata detengah guratan jingga.
Langit mulai melukis senyum cerah secerah mentari yang mengamatinya di ujung ranting. Guratan senja yang masih sesekali melintas di benaknya tak lagi ia hiraukan. Langkahnya semakin tegak menata masa depan. Badai yang menerpa jiwanya belum berlalu, hanya saja pergi dan tak tau kapan akan kembali.


Friday, December 27, 2013

Kamu yg dihatiku

Sebaris bait tentangmu
by : Lylou


Wakai kamu...
Kamu tempatku bersandar di saat aku kesepian
Kamu tempatku kembali saat aku kehilangan arah
Saat aku melihatmu....
Angin damai menerpa tubuh kecilku
Matamu pancarkan kesejukan
Suaramu hapuskan keluh kesahku
Tingkahmu terkadang buatku tersenyum
Seakan ku tak mau berpaling akan hadirmu
Kamu...
Bagaikan awan biru yg slalu melindungiku
Tak halnya langit senja pelukis cinta
Sahabat bintang malam yg slalu menyapa
Seperti purnama yg terangi gelap malam
Kamu....
Satu pintaku untukmu
Teruslah bersamaku
Dan ku coba hentikan waktu
Karena didekatmu adalah hal terindah bagiku
Karenamu hidupku semakin berarti

My Inspiration

Harapanku
by : Lylou

Perlahan ku tapaki lingkaran imajinasi
Tapi, bayang semu halangi setiap langkahku
Ku coba yakinkan hati tuk bicara
Sekuat raga ku meronta
Demi raih mimpi fata morgana
Yg takkan pernah tercipta adanya
Ku berlari dalam sebuah halusinasi
Terhenti oleh angan yg tak pasti
Rindukan cintamu yg perlahan pergi
Haruskah kurasakan semua ini
Rasa yg tak seharunya ku alami
Tapi apa daya ku mengeluh
Hidupku kan selalu bergerak 
Ku coba merintih pada waktu
Tetap itu semua hanyalah angan semu 
Karena waktu tak mungkin pernah kembali
Padaku yg hanya bisa bermimpi


Thursday, December 26, 2013

My Friends

Kagum

Guratan hatiku makin nyata denganmu
Bayangan hitam jauh meninggalkanku
Langkah kakimu menentang asa dihadapanku
Tak mampu aku berkata-kata dihapanmu
Bungkam seribu bahasa
Tak berdaya dgn sorot matamu yg menyentuh kalbu
Biru, sebiru langit dan laut lepas
Angin bebas menghempas raga
Sukmaku pergi hampiri bayangmu
Mengantarkan nada rindu di mimpimu
Ingin kusampaikan......
Salamku untukmu
Pada bulan malam penghantar tidur
Pada mentari pagi yg mesra menyapa
Pada angin pelan yg membelai sukma
Karena...aku....tak....mampu....menatapmu
Karna Tuhan telah menciptakanmu terlalu indah untukku 


Wednesday, December 25, 2013

My Friends


Rindu tak sampai


Berharap, kan ada yang menggantikan serpihan hati ini
  Lama aku terdiam terpasung waktu
Membisu dalam setiap langkah semu
  Ada sebuah cahaya yang perlahan yang menyinari hatiku
Mempertegas setiap langkahku
  Dan membawaku hanyut dalam rindu
Namun, cahaya itu seperti bulan
  Hanya dapat kulihat, tanpa sanggup tangan ini untuk meraihnya
Dinginnya angin malam
  Terkadang menyudutkanku dari panggung sandiwara ini
Menyadarkanku di setiap lamunan
  Aku tak berdaya, dengan alur hidup ini
Cinta hadir hanya untuk menyapa, tidak untuk singgah
  Sampai kapan badai ini akan berkahir
Ku hanya mampu bercermin pada waktu
  Menghargai rindu yang tak tau untuk siapa